Politik adalah peperangan tanpa alat tanpa senjata dan tanpa kekuatan. Politik itu dilakukan nya dengan Kecerdasan , adu gagasan, adu program, dengan cara diskusi secara sehat, bukan adu jotos antara Buzzer sana dan sini.
Dinamika politik sekarang dikatakan panas ya memang, dikatakan tak panas tapi tetep panas.
Dinamika semakin panas ketika para elite politik nyinyir terus menerus. Contoh calon presiden Jokowi yang menyebut Sontoloyo, apa itu arti Sontoloyo simak artinya berikut (
Sontoloyo adalah sebutan bagi pemilik pekerjaan sebagai pengembala Itik atau Bebek atau disebut juga Tukang Angon Bebek di Pulau Jawa. Seorangsontoloyo biasanya mengembala beratus ekor bebek dengan cara berpindah mengikuti musim panen padi di daerah pesawahan untuk menggembalakan bebeknya.)
terus dia mengeluarkan lagi kata genderuwo, apa arti genderuwo simak artinya (mitos Jawa tentang sejenis bangsa jin atau makhluk halus yang berwujud manusia mirip kera yang bertubuh besar dan kekar dengan warna kulit hitam kemerahan, tubuhnya ditutupi rambut lebat yang tumbuh di sekujur tubuh.)
Kedua kubu saring Sindir saling nyinyir contoh seperti bapak Fadlizon yang mengatakan genderuwo itu ada di Istana , simak puisi yang dibuat beliau :
(Makhluk halus rendah strata menakuti penghuni rumah penguasa berubah wujud kapan saja
Menjelma manusia
Ahli manipulasi
Tipu sana tipu sini
Ada genderuwo di Istana
Seram berewokan mukanya
Kini sudah pandai berpolitik lincah manuver strategi dan taktik
Ada genderuwo di Istana menyebar horor ke pelosok negeri meneror ibu pertiwi
Fadli Zon, 11 Nopember 2018

Trus kita sebagai rakyat harus gimana menanggapi dinamika politik seperti ini? Kita rakyat harus menghadapi dinamika politik ini dengan cara santai , tenang, jangan gaduh, melihat aja jangan ikut campur urusan mereka, tetap jaga persatuan meski beda pilihan, jangan terprovokasi, jangan mau di adu domba karena adu domba dalam politik itu kejam.
(Sekian tulisan ini langsung ditulis oleh mr. Linardo indra seorang pengamat politik yang gemar membaca buku buku tentang politik hukum dan novel)


0 Komentar