Search

header ads

Pengoperasian Skybridge Molor, Kawasan Tanah Abang Kian Semrawut

JAKARTA   --Molornya proyek Skybridge atau jembatan penyeberangan multiguna (JPM) Tanah Abang membuat Pemprov DKI banjir kritik. 

Jembatan yang dibangun PD Sarana Jaya itu mulanya ditargetkan rampung akhir Oktober lalu. Namun, hingga kini belum juga rampung.

Selain kumuh kini kawasan pasar terbesar di Asia Tenggara itu dinilai kembali semrawut dan membuat jalanan sekitar macet parah. 

Demikian disampaikan Ketua DPRD DKI Prasetio Edi Marsudi membandingkan kondisi Tanah Abang era kepemimpnan Gubernur DKI Anies Baswedan dengan Gubernur sebelumnya, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), dan Joko Widodo (Jokowi).

Pras panggilan akrab Prasetio, mengkritik kawasan Tanah Abang yang menurutnya tidak seperti saat dipimpin Jokowi,  Gubernur DKI Jakarta 2012-214.

Wartawan  kemudian mencoba melihat langsung kondisi kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, yang dinilai kumuh dan aemrawut tersebut. 

Saat pertama melihat di lokasi kesan semrawut memang tak terelakkan. Pemicunya adalah banyak aturan yang dilanggar oleh para Pedagang Kaki Lima (PKL) dan angkutan mobil atau ojek pangkalan yang mengokupasi badan jalan. 

Sepanjang Skybridge sekitar 400 meter itu juga terlihat beberapa petugas pontang-panting melakukan penertiban jalan. Mulai dari Dinas Perhubungan, Satpol PP dan Dinas Kebersihan juga siaga mengatur lalu lintas dan kebersihan kawasan Ranah Abang tersebut.

Puing-puing bangunan Skybridge menambah parah kemacetan sekitar. Tampak di bahan-bahan material di pinggir jalan yang menyebabkan area sekitar terlihat tidak terurus. 

Bahkan trotoar yang diperuntukkan pejalan kaki malah dipenuhi tempat dagangan PKL. Para PKL tersebut mayoritas adalah mereka yang 'tergusur' dari Blok G Tanah Abang.

Tidak hanya trotoar, jalan di bawah pembangunan jembatan Skybridge juga terlihat banyak aktifitas pedagang, mulai dari penjual minuman dingin, pakaian dan makanan ringan lainnya. 

Salah satu pedagang minuman, Nuraini mengaku alasan dirinya nekat berdagang di pinggir jalan karena tempat yang stratergis, tempat dimana naik turunnya para penumpang menuju Stasiun Tanah Abang.

"Disini rame mas, kalau tidak disini jualan saya sepi," kata ibu Nur saat berbincang dengan wartawan , Rabu (14/11/2018) siang.

Nur mengaku sadar jika dirinya melanggar aturan tak boleh berjualan di bahu jalan. Namun, agar tetap mendapatkan pundi-pundi rupiah dirinya rela jika sewaktu-waktu harua kejar-kejaran dengan Satpol PP yang hendak menertibkan para PKL.

Menurut dia, jika pun terjaring Satpol PP grobak dan barang-barang jualannya ditahan selama lima bulan dan didenda Rp 500 ribu. 

Namun, Nur juga menjelaskan soal sampah-sampah plastik dari dagangannya, biasanya langsubg dibuang ke tempat sampah yang sudah disediakan.

"Ya.. Sebenarnya saya salah mas, tadi aja ada Satpol PP yang menertibkan. Kalau sudah tidak boleh lagi berjualan disini, paling saya keliling-keliling jualannya tidak menetap," ungkap dia memelas.

Hal yang sama juga dilontarkan oleh tukang ojek pangkalan Hudan yang mangkal tepat dibawah tangga pintu masuk Stasiun Tanah Abang. 

Ia mengaku jika tempat mangkalnya dipindahkan, peluang untuk mendapatkan penumpang sangat kecil.

Karenanya, ia berharap jika nanti ada penertiban tetap disediakan tempat pangkalan ojek di daerah Stasiun Tanah Abang. 

"Salah, tapi kita berharap ada tempatlah untuk mangkal ojek, nanti kalau tidak ada berpengaruh terhadap pendapatan kita," ungkapnya.

Salah satu petugas Dinas Perhubungan yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan, dirinya berjaga untuk mengatur lalu lintas agar tertib.

"Ini kita banyak yang siaga disini, ada Dinas Kebersihan yang siaga agar sampah-sampah segera dibersihkan, lalu Satpol PP dan kami Dinas Perhubungan," jelas dia.

Usaha untuk memperindah kawasan Tanah Abang terus dilakukan Pemerintah Jakarta dari zaman ke zaman. Tentu, cara setiap kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta memiliki metode masing-masing.

Namun, harus diingat Pasar Tanah Abang, yang terdiri dari beberapa blok ini disebut-sebut sebagai pasar terbesar se-Asia Tenggara tentu akan menyedot banyak warga untuk mengadu nasib.

Pembangunan yang berkeadilan tentu sangat dibutuhkan agar masyarakat yang menggantungkan ekonominya di kawasan Tanah Abang dapat dipenuhi.

Posting Komentar

0 Komentar